Tentang
hati yang baru saja dipatahkan mungkin tak akan begitu saja mudah menerima lagi
hati yang baru. Namun kamu memanglah bukan hati yang baru bagiku, hadirmu kini,
cukup sulit untuk ku mengerti. Kau hadir disaat yang tepat atau justru disaat
yang salah, saat aku baru saja dipatahkan. Kamu, kembali memberi warna yang
sekian lama pudar ditelan waktu yang lama tak bertepi. Kamu, memberiku lagu
yang tak pernah bosan ku dengar. Lagumu yang kian hari seolah memaksaku untuk
kembali tersenyum, mengingatmu. Aku bahagia, tepatnya kembali bahagia. Aku sadar
ini bukan kali pertama, kamu dan aku berkali-kali bertemu dan berkali-kali berpisah
oleh karena alasan yang sama, maafkan jika aku terus mengingat tentang apa yang
harus memisahkan kita.
Di
tengah malam yang bising itu setelah sekian lama kita tak pernah bersua lagi
aku dan kamu dipertemukan. Kembali duduk berdua berteman angin malam di kota Bandung
bersama beribu langkah kaki orang berlalu-lalang yang sibuk sendiri. Ku nikmati
setiap detik percakapan yang kurasa adalah percakapan terpanjang kita. Kupikir
saat itu hanyalah reuni biasa antara dua anak manusia yang lama tak jumpa namun
ternyata pertemuan itu membawaku pada rasa yang kini begitu sulit aku
deskripsikan.
Kini
aku pun kembali merasakan ketakutan tentang lagumu, takut tak hanya kau
perdengarkan untukku, aku takut ada telinga lain yang mendengarnya dan ikut
tersenyum mengingatnya. Hai, aku masih saja takut untuk kembali dipatahkan,
berkali-kali. Ketika sekarang hatiku mulai berdamai dengan rasa itu, aku
kembali meragu. Dapatkah kamu aku percaya untuk kembali memulai?
Di
ujung siang, Shela.
Komentar
Posting Komentar
Mari berkomentar, mari berkawan! Ketahuilah, komentarmu sangat berarti. Terima kasih :))))