Langsung ke konten utama

-Cerpen- Memories of You

By: Shela Novianti Gumilang

Key melirik sebuah kotak dengan motif sapi berukuran cukup besar disudut kamarnya.  Kotak yang dia bawa dari rumahnya yang tetap tergeletak dengan posisi yang sama sejak dia tinggal di apartement ini, belum pernah dia sentuh kembali. Key bangun dari tidurnya dan melangkah gontai menuju kotak tersebut. Ditatapnya lekat-lekat kotak yang baginya menyimpan banyak kenangan itu. Ada perasaan ragu saat dia akan membukanya. Key menarik napas dalam-dalam dan pada akhirnya dia pun membuka kotak tersebut. Matanya berbinar, senyum pun terukir disudut bibir gadis penyuka warna coklat tersebut walau hatinya sedikit perih, menahan tangis.
Saat membuka kotak tersebut Key mengambil sebuah botol kaca yang berisi secarik kertas polos berwarna coklat yang digulung dan kemudian diikat menggunakan pita yang berwarna coklat juga. Secara perlahan Key membuka tutup botol tersebut dan segara mengambil kertasnya.

***

Bel pertanda berkahirnya pelajaran di sekolah hari ini pun akhirnya berbunyi, semua murid-murid bergegas meninggalkan ruang kelas yang ibaratnya adalah sebuah penjara bagi mereka, tak terkecuali bagi Key. Dia sudah sangat lelah dan hanya ingin segera sampai ke rumah. Namun ada sesuatu yang aneh saat dia hendak mengangkat tasnya. “Kok tas gue berat banget ya?” Pikirnya dalam hati. Dengan rasa penasaran dia pun segera mengecek isi tasnya dan tanpa diduga dia menemukan sebuah botol kaca yang di dalamnya terdapat secarik kertas berwarna cokelat yang diikat dengan pita warna coklat juga. Warna yang menjadi favorit Key. Dengan perasaan campur aduk Key membuka secarik kertas tersebut. Betapa terkejutnya dia saat membaca isi kertasnya.

Key gue sayang lo. Mau jadi pacar gue gak?
Gue tunggu  jawabannya hari ini juga di taman belakang ya Key….
-Jo-

 Degup jantung Key berdetak lebih kencang dari biasanya. Rasa lelah dan ingin cepat pulang pun kini tergantikan dengan rasa yang begitu sulit dimengerti oleh Key sendiri. Key segera keluar dari kelasnya, bukan untuk pulang ke rumah seperti tujuan awalnya, namun dia pergi ke taman belakang, menemui Jo.

Sejak awal masuk SMA Key dan Jo memang sudah dekat. Hingga semakin dekat hubungan mereka, perasaan Key tak bisa dia tahan lagi, dia menyukai Jo. Namun dia mengira bahwa perasaannya bertepuk sebelah tangan karena Jo tak pernah sekalipun menunjukkan rasa sukanya pada Key, maka dari itu Key hanya bisa menyembunyikan perasaannya selama berbulan-bulan ini. Key adalah seorang perempuan yang menomorsatukan gengsi, bukanlah Key namanya jika harus menyatakkan perasannya terlebih dulu. Hingga tibalah hari ini, hari yang tak pernah diduga sama sekali oleh Key akan terjadi. Jo menyatakan perasaannya, senang sudah pasti, namun ada sedikit keraguan dihatinya mengingat bahwa selama ini Jo terlihat biasa saja terhadap Key.

Sementara di taman belakang, Jo sibuk menerka-nerka apa yang akan terjadi padanya beberapa waktu ke depan. Tangannya terus mengepal dan kakinya tak bisa diam, dia terus saja mondar-mandir. Panik, itulah yang sedang dirasakan oleh Jo saat ini.

“Jo….” Suara lembut itu mengagetkan Jo yang sedang dilanda rasa cemas, dengan secapat kilat dia berbalik ke arah suara tersebut dan jantungnya semakin berdebar kencang saat melihat sosok perempuan cantik yang dia tunggu kehadirannya sejak tadi.

“Hai Key.” Sapa Jo canggung. Dia melirik ke arah tangan Key yang sedang menggenggam “message in the bottle” pemberiannya. Rasa cemas pun semakin meliputi perasaan Jo.

“Lo pasti udah baca isi suratnya kan Key?” Jo berusaha basa-basi dan tetap berusaha memperlihatkan sikap coolnya, namun di mata Key semua itu gagal. Jo terlihat sangat gugup. Semua itu terlihat begitu lucu bagi Key. Sekuat tenaga Key berusaha menahan tawanya.

“Kok lo kaya mau ketawa gitu sih? Sorry Key, gue bukan tipe cowok romantis dan mungkin gak gentle, nyatain perasaan pake surat. Gue tau ini kuno banget Key, tapi gue beneran sayang sama lo.”

Gue sayang sama lo. Kalimat itu pun akhirnya mengalir secara langsung dari mulut Jo jantung Key kembali berdebar kencang, hatinya pun terasa dibawa melayang, namun dia tetap harus memastikan semuanya dulu.

“Lo serius?” Tanya Key pada akhirnya.

“Lo gak percaya?” Raut wajah Jo terlihat tampak kecewa.

“Bukan gitu Jo. Tapi selama ini lo gak pernah keliatan suka sama gue, dari yang gue lihat lo memperlakukan gue sama seperti apa yang lo lakuin ke temen-temen lo yang lain. Gue kira lo cuma nganggep gue sebagai temen, gak lebih.”

“Gue bukan tipe orang yang bisa dengan mudah memperlihatkan rasa sayang gue. Seperti yang gue bilang, gue gak romantis Key. Selama berhadapan sama lo, gue malah suka bingung harus gimana. Gue suka sama lo tapi gak ngerti apa yang harus gue perbuat. Sampe akhirnya gue punya ide gila ini, ngirim message in the bottle buat lo. Sorry kalau kesannya norak banget.”

“Sejak kapan lo suka sama gue?”

“Sejak gue mulai ngedeketin lo. Pertama kali liat lo itu waktu  MOS dari sana gue jadi sering merhatiin lo dan pas kita sama-sama jadi anggota OSIS gue jadiin itu moment buat ngedeketin lo. Semakin gue deket sama lo, semakin gue yakin kalo gue emang beneran sayang sama lo, Key.”

Key terdiam, Jo pun tak bergeming. Suasana hening pun tercipta diantara keduanya, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing sampe pada akhirnya Jo membuka suara kembali.
“Jadi gimana Key?” Tanya Jo, kali ini lebih tenang.

Tak ada jawaban dari mulut Key, hanya sebuah anggukkan kepala dan senyuman lebar yang Key perlihatkan. “Gue butuh jawaban Key!”  Jo terlihat gemas dengan apa yang Key lakukan, meskipun dia mengerti maksud dari perlakuan Key tapi tetap saja dia ingin mendengar jawaban itu secara langsung.

“Gue juga sayang lo Jo.” Jawab Key to the point.

***

Maka sejak saat itulah Key dan Jo resmi berpacaran. Sebuah message in the bottle yang menjadi saksi awal kisah mereka, tak akan mudah terlupakan bagi Key. Kini dia pun kembali merindukan sosok Jo yang sudah sekian lama menghilang. Key kembali menyimpan botol kaca tersebut ke dalam kotak besar itu. Lalu dia mengambil lagi barang yang lainnya. Sebuah kotak yang berukuran lebih kecil dari kotak motif sapi tersebut yang dia pilih untuk dibuka. Ingatannya kembali menerawang ke masa lalu.

***

Nih Key gue punya sesuatu buat lo.” Jo menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna merah pada Key. Saat ini mereka sedang menikmati malam minggu mereka disebuah café tak jauh dari kompleks perumahan Key dan café ini pula yang menjadi tempat favorit mereka setiap weekend.

“Apaan nih Jo? Bukan cincin kan? Hahaha.” Tangan Key menerima kotak tersebut dan siap untuk membukanya.

“Dih lo kode banget sih pengen di kasih cincin. Ada waktunya kali Key gue ngasih cincin buat lo.” Jo berbicara tampak serius.

“Gue bercanda kali Jo, ko sensitif banget sih?” Key tak menyangka bahwa Jo akan menanggapi bercandaannya sampai seserius itu.

“Udah ah malah ngomongin yang gak penting, cepetan buka Key.”

“Eh tapi gue kan gak ulang tahun Jo, kenapa lo ngasih hadiah?”

“Gak perlu moment special kan buat ngasih lo hadiah, udah cepetan buka sih.”

Dengan secepat kilat Key pun membuka kotak merah tersebut. Setelah membukanya Key tampak bingung dengan hadiah yang diberikan Jo.

“Gantungan kunci?” Tanya Key seolah meminta kepastian pada Jo sambil menunjukkan gantungan kunci tersebut pada Jo.

“Iya.”

Key terdiam, bingung harus menanggapi apa, dia hanya memperhatikan gantungan kunci tersebut sambil membolak-balikannya.

“Lo tahu gak kenapa gue kasih gantungan kunci kincir angin? Tanya Jo memecah keheningan. Key hanya menggelengkan kepalanya seraya melihat ke arah Jo dengan muka berharap jawaban dari Jo.

“Gue suka Belanda, Key. Kincir anginnya, bunga tulipnya, bangunan-bangunannya, suasananya, semuanya. Suatu hari nanti gue pengen ke sana Key. Tapi gak sendiri. Gue pengen ke sana sama lo. Berdua.”

“Serius lo mau ngajak gue ke Belanda?” Tanya Key penuh antusias.

Jo mengepalkan ke-empat jarinya dan menyisakan jari kelingkingnya lalu dia meminta Key melakukan hal yang sama dan menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Key. “Gue janji”.
***

Mengingat kejadian itu, tanpa sadar membuat air mata Key menetes. “Lo bohongin gue Jo, lo malah pergi ke Belanda sendiri. Ninggalin gue.” Key berbicara seolah-olah Jo ada di depannya. Puas dengan kotak merah berisi gantungan kunci itu, pandangan Key beralih kepada benda yang lainnya.
Sebuah foto dua anak sekolah yang tampak bahagia dengan baju penuh coretan pilok, khas anak-anak SMA yang baru saja mendapat kabar gembira bahwa mereka telah dinyatakan lulus dari SMA. Jo dengan senyum sumuringahnya menautkan tangannya pada pundak Key dan Key memegang jari-jari tangan Jo yang ditautkan di pundaknya, Di foto itu tampak jelas senyum bahagia antara Key dan Jo, sebelum akhirnya sesuatu terjadi yang membuat senyum itu pudar hingga detik ini.

***

Suasana taman di dekat SMA 15 itu tampak  ramai dipenuhi oleh anak-anak SMA tersebut. Tawa canda mereka terdengar begitu lepas. Semua menebarkan senyum bahagianya masing-masing. Aroma pilok menyeruak dimana-mana. Hari ini adalah hari kelulusan SMA dan semua murid SMA 15  dinyatakan lulus. Kebahagian pun menyelemuti mereka semua. Tak terkecuali bagi mereka dua sejoli yang terkenal tak terpisahkan di sekolah tersebut. Jo dan Key.

“Ta fotoin gue sama Jo dong!” Pinta Key pada salah satu temannya, Gita.

“Sini.” Gita pun menerima kamera yang disodorkan oleh Key.

Satu…dua….tiga…cheerssss!!!

Setelah sibuk berfoto sana-sani, Jo menarik tangan Key untuk menghindar dari kerumunan anak-anak yang lain.

“Kenapa Jo? Kita mau kemana?” Key tampak begitu kaget saat tangannya tiba-tiba ditarik begitu saja oleh Jo. Tak ada jawaban sama sekali dari mulut Jo, dia terus saja menarik tangan Key dan membawanya pergi dari keramaian. Karena merasa tak enak diperlakukan seperti itu oleh Jo, Key sempat membentaknya.

“Lo kenapa sih Jo? Ko diem aja? Bukannya kita lagi seru-seruan ya sama yang lain, lo gak asik banget Jo.” Jo segera melepaskan genggamannya dari tangan Key, dia berbalik dan menatap Key lekat-lekat.Key dapat dengan jelas melihat kesedihan dibalik sorot mata Jo.

“Lo kenapa Jo?” Tanya Key halus.

“Key, gue mau berangkat ke Belanda sore ini. Sorry.”

“Apa? Ko ngedadak Jo? Atau ini udah lo rencanain dari dulu dan lo gak ngasih tau ke gue Jo? Lo kan udah janji kalo kita mau ke Belanda bareng-bareng Jo.” Cecar Key penuh emosi pada Jo. Raut kesedihan diwajah Jo tampak semakin jelas, sementara emosi semakin menguasai hati dan pikiran Key. Matanya memerah dan deru nafasnya terdengar begitu jelas. Jo yakin betul bahwa Key sedang menahan emosinya, sebelumnya Jo sudah tahu pasti ini akan terjadi. Tapi tak ada pilihan lain baginya, dia tetap harus memberi tahu Key.

“Sorry Key, gue ternyata udah di daftarin untuk kuliah disana sama keluarga gue. dan gue udah diterima di salah satu Universitas di Belanda.Gue gak mungkin nolak Key.”

“Secepat ini Jo? Tapi ini terlalu mendadak buat gue.” Air mata Key tak tertahankan lagi. Tangisnya pecah. Kenangan selama tiga tahun ke belakang bersama Jo kini menari-nari di dalam pikirannya, dia tak pernah bisa membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya. Tanpa Jo. Jo memeluk erat tubuh Key dan membiarkan gadis itu menangis sekencang-kencangnya dalam dekapnya, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Tanpa sadar pula Jo ikut meneteskan air matanya, kini mereka sama-sama terisak dalam satu dekapan, baik Key maupun Jo tak pernah ada yang menyangka bahwa mereka harus berpisah secepat ini.

***

Tangis Key kembali pecah, nafasnya tersenggal-senggal, dadanya terasa sesak. Semua kenangan itu terus saja menari-nari dalam pikirannya, membuatnya semakin merasa sakit. Memang bukan perkara mudah baginya untuk melupakan seorang Jo. Beribu-ribu kilometer jarak antara mereka tak membuat Key mudah melupakan Jo, semakin berusaha untuk lupa semakin rindu Key pada Jo. Bagi Key, cintanya pada Jo tidak akan mungkin begitu saja berhenti. Selama dia masih bisa bernapas, selama Key masih sanggup berjalan dia akan selalu merindukan Jo. Dia akan selalu menunggu Jo. Key tahu bahwa menunggu itu bukanlah hal yang mudah dan sangat menyakitkan, diluar sana banyak orang yang menyayangkan sikap Key yang terus saja menunggu tanpa kepastian. Tapi atas dasar keyakinannya terhadap cintanya pada Jo, Key yakin Jo akan kembali padanya. Kini Key kembali menyimpan foto tersebut ke dalam kotak dan menutup kotak itu rapat-rapat.

Key kemudian membuka handphoneya, jarinya bergerak memilih-milih menu di handphonenya dan dia membuka pemutar musik yang ada pada benda kecil itu. Kemudian terputarlah sebulah lagu yang baginya cukup mewakili perasaannya.

Dear diary ku ingin cerita kepadamu
Tentangnya yang dulu singgah dihatiku
Sejak itu hidupku jadi bahagia
Karena dia selalu ada dihidupku
Tapi kini dia menghilang
Dan tak tahu entah dimana
Diaryku ku merindukannya
Pujaanku engkau ada dimana…

“Telah habis air mata….dan segenap kata-kata telah kucurahkan….haruskah aku berlari…sampai ke ujung dunia….untuk mencarinya……” Dengan menutup matanya, mulut Key bergerak mengikuti lirik  lagu tersebut, pipinya mulai basah oleh air mata yang kembali dia keluarkan entah untuk keberapa kalinya. Hatinya terasa pilu menahan semua rasa rindu yang baginya tak berkesudahan ini.
Key pun berucap lirih ditengah-tengah tangisannya “Jo…gue kangen.”

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manis Pait Tukang Jarkom

Pernah denger istilah “Jarkom”? Pastilah ya pasti banget. Ini istilah paling fenomenal di kalangan anak SMA khususnya sih Mahasiswa. Gue sendiri pertama denger istilah ini pas jaman-jaman ospek kuliah, banyak benget yang ngomong “kalo ada info apa-apa jarkom ya” awalnya gue bingung sih apaan itu jarkom, tapi setelah gue nyari info ternyata jarkom ini sebenernya kata lain dari istilahnya anak alay “send all” yang lebih kekinian. Gitu. Sadar gak sadar istilah ini seolah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan keseharian mahasiswa khususnya. Gue yakin banyak mahasiswa yang hampir tiap harinya keluar istilah ini dari mulut mereka, yaa apalagi mereka para aktivis kampus. Bener gak? Kata orang pinter sih (baca:Google) jarkom itu kependekan dari “jaringan komunikasi” dimana satu orang dalam organisasi harus menyampaikan informasi dengan cara menyebarkannya melalui media elektronik ke semua anggota di organisasi tersebut. Biasanya sih orang humas yang jadi tukang jarkom. Namanya humas k

Naskah Berita, Liputan Objek Wisata Situ Lengkong Panjalu

Sumber gambar: Google Objek wisata Situ Lengkong Panjalu merupakan perpaduan objek wisata alam, budaya dan ziarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Situ Lengkong Panjalu merupakan sebuah danau dengan luas 57,95 hektar dan kedalaman air sekitar 4 sampai 6 meter. Dengan menumpuh jarak 32 km dari Kota Ciamis kita sudah bisa sampai di tempat wisata ini.  Untuk masuk ke tempat wisata ini kita cukup merogoh kocek sebesar Rp. 3000/orang. Di tengah danau Situ Lengkong terdapat pulau yang disebut dengan Nusa Gede yang menjadi tujuan ziarah wisatawan. Nusa Gede pada awalnya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu dan kini di dalamnya terdapat makam Hariang Kencana yang merupakan anak dari Prabu Sanghyang Borosngora yang merupakan Raja Islam pertama di Kerjaan Panjalu. Masyarakat Panjalu sendiri menyebut Hariang Kencana sebagai Syekh Panjalu. Menurut cerita dari mulut ke mulut masyarakat sekitar bahwa air yang terdapat di danau Situ Panjalu merupakan tetesan ai

[CERPEN] Januari

Januari Oleh: Shela Gumilang Hari itu adalah hari ke empat di bulan Januari saat tanpa sengaja kita dipertemukan kembali di alun-alun kota setelah beberapa bulan tak bersua. Saat itu ku pikir rasaku padamu tak lagi sama seperti dulu, ku kira aku sudah mati rasa padamu, namun nyatanya setelah melihat senyummu itu hari-hariku seperti menjadi rusak dibuatnya. Hanya karena seulas senyum, aku dibuat menggila karenanya. Tapi apa kau tahu bahwa setelahnya juga aku merasa sakit? Sungguh tak ada yang lebih sakit ketika kita harus bertemu kembali namun seolah sebelumnya tak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Kau hanya tersenyum kepadaku, lalu aku merasa semakin tak waras karenanya dan kau pergi lagi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Aku melihatmu melangkah pergi saat itu, berjalan melewatiku tanpa sedikit pun ingin menatapku lagi sedangkan lidahku kelu tak mampu hanya sekedar untuk memanggil namamu. Hari berganti hari tapi bayangan tentang senyummu pagi itu seolah tak perna