Langsung ke konten utama

Tiga Tahun Berkisah



Source : Google



Biar dapet feelnya, saya nulis ini sambil dengerin Sebuah Kisah Klasik-nya Sheila On 7.
.
.
.
.
.
.
Bahagia campur haru dan sedih menjadi penghias momen wisuda kemarin. Senang sih pada akhirnya perjuangan tiga tahun penuh peluh, pengorbanan, cape, kesel, tugas yang gak pernah berhenti, praktik ini lah praktik itulah, laporan segala macam semuanya ditutup dengan indah. Berbagai selebrasi dipertontonkan untuk menunjukkan betapa bahagianya kami. Ada perasaan merinding juga pas Master of Ceremony wisuda kemarin memanggil kami sebagai alumni. 

Selesai prosesi wisuda kami pun keluar dari Pendopo Agung untuk diarak sesuai tradisi ke gedung jurusan. Perasaan haru dan sedih di mulai dari sini. Ketika kami di border oleh adik kelas kami dari Himpunan Mahasiswa Administrasi Niaga (HMAN), engga tahu kenapa rasanya merinding banget, meskipun saya engga aktif di HMAN tapi justru momen ini yang membuka kembali kenangan lama, tiga tahun lalu. Pertama kali di jemput ke jurusan oleh kakak-kakak tingkat dengan jaket oren kebanggaan HMAN. Saat itu saya masih berseragam SMA, lalu tiga tahun kemudian saya kembali di border bedanya sekarang bukan lagi seragam SMA yang melekat di badan melainkan toga kebanggaan. Rasanya sedih banget pas ngelawatin panjangnya border diiringi teriakan lantang anak-anak HMAN dengan menyerukan nama “HMAN...HMAN....HMAN...”.

Perjalanan panjang saya di Polban dimulai dari ketidakyakinan saya kuliah di tempat ini, memang awalnya terasa sangat berat ketika harus kuliah di kampus cadangan, bahkan dengan jurusan yang tidak pernah menjadi minat saya –sampai saat ini—dan akhirnya menyandang status mahasiswa salah jurusan sampai muncul istilah “kuliah di sini tuh kayak tersesat di jalan yang benar.” Ya begitulah, banyak yang bilang kuliah di sini itu masa depan terjamin, sesuai sama tagline nya “assuring your future”. Tapi tetap bersyukur sih akhirnya bisa lulus dan resmi jadi alumni juga. 

Potongan-potongan kenangan yang akan dirindukan pun akhirnya bermunculan. Seperti suasana belajar di kelas yang tiba-tiba keganggu karena ada beberapa mahasiswa yang telat datang. Semakin tua semester, semakin sengaja datang telat, ada juga yang sengaja absen atau skip mata kuliah bahkan sampai skip kuliah seharian atau malah numpang nonton di perpus pusat. Sampai pada akhir semester siap menerima kenyataan untuk kompen mengabdi pada kampus selama libur. FYI, setiap akhir semester di Polban itu selalu ada istilah kompensasi, ini merupakan jenis hukuman kepada mahasiswa yang pernah alfa pada jam kuliah. Mereka diwajibkan untuk mengganti waktu absen mereka dengan mengabdi pada kampus. Biasanya saat melaksanakan kompen ini mahasiswa diberikan “tugas” seperti; bersihin ruang kelas, bantu jadi kasir di labbis, bantuin dosen, beresin perpus di jurusan dan seperangkat “tugas” kompen lainnya. Sekilas terlihat sepele sih, tapi dengan adanya kompen ini kamu harus siap memotong waktu liburan kamu yang dihabiskan dengan kompen. Kompen ini memang menyebalkan, tapi katanya sih belum kuliah di Polban kalau belum merasakan namanya kompen!

Beruntung sekali rasanya selama tiga tahun ini bisa kenal dengan teman-teman sekelas yang otaknya pada geser semua. Rasanya memang aneh ya, kenapa saya bisa merasa beruntung berteman dengan orang-orang yang otaknya pada geser? Selain berotak geser, mereka juga bahagia sekali ketika dipanggil cabe sampai akhirnya terciptalah sebuah nama aneh yang akan selalu dikenang sampai nanti. Cabebe. Ya, isinya memang cabe-cabean semua. Mungkin cuma merekalah orang-orang yang mengakui bahwa dirinya adalah seorang cabe-cabean. Cabebe juga merupakan sebuah pasukan yang tidak pernah bisa tidak melihat makanan alias pasukan kelaparan atau disingkat paskal. Setiap ada makanan dikit semuanya langsung connect.

“Bagi dong...”'

“Minta doong...”

“Mau lah...”

Begitulah kira-kira ucapan manis mereka ketika ada makanan yang tersedia. Soal berbagi satu bungkus nasi padang untuk rame-rame pun sudah bukan hal aneh lagi bagi kami, sampai berbagai sebuah sendok bergantian pun sudah bukan jadi hal yang jorok. Kami tetap menikmati. Selain berbagi satu bungkus nasi padang, anak-anak yang membawa bekel dari rumah pun harus rela menjadi korban paskal. Akhirnya bekel untuk satu orang pun di makan rame-rame satu kelas. 
Lain lagi dengan cerita Pasar Malam yang merupakan sebuah tempat favorit sebagian besar anak-anak cabebe, yang kalau datang ke sana cuma naik ombak banyu sama kora-kora doang. Entah karena ngga ada duit lagi atau memang sengaja datang cuma buat naik dua wahana itu, walaupun pada akhirnya pada mabok darat (saya doang sih, eh hehehee).

Memasuki tingkat akhir kebersamaan kami mulai luntur. Semua sudah sibuk dengan kerja praktik (KP) nya masing-masing.Pada fase ini dapat dilihat jelas perbedaan mahasiswa baru dan mahasiswa tingkat akhir. Mahasiswa baru adalah mereka yang kemana-mana selalu bergerombol sedangkan mahasiswa tingkat akhir adalah mereka yang kemana-mana selalu jomblo, maaf, maksudnya selalu sendiri. Datang ke kampus cuma buat bimbingan sama dosen lalu pulang lagi. Begitupun ketika kami semua sibuk dengan tugas akhir yang, ah, sungguh sangat menyita waktu kami yang dihabiskan hanya di depan laptop. Isi chat pun hanya penuh dengan teman-teman satu bimbingan. Balasan SMS atau chat dari dospem pun lebih diharapakan dari pada balasan dari gebetan. Nungguin dospem lebih  berarti daripada nungguin kamu ngajak nikah, eh, maaf. 

Tidak terasa perjuangan kami selama tiga tahun di Politeknik Negeri Bandung akhirnya berakhir bahagia. Hari kemarin, 24 September 2016 kami resmi dikukuhkan sebagai “Alumni Politeknik Negeri Bandung”. Momen wisuda memang selalu menjadi hal yang paling dinantikan oleh semua mahasiswa di mana pun berada. Perjuangan panjang tugas akhir, lelah bolak-balik kampus untuk bertemu dosen pembimbing, sidang akhir yang menegangkan, semua kini terbayar tuntas dengan wisuda. 

Ya, wisuda memang momen yang paling bahagia setelah berjuang mati-matian melewati masa-masa tugas akhir. Bagi saya tidak ada salahnya kami semua berselebrasi dengan mengabadikan momen bahagia bersama keluarga, kerabat, kawan-kawan, gebetan, pacar dan mantan. Berkali-kali mengunggah foto bahagia ke media sosial, biarkanlah para wisudawan sedang berbahagia. Terlebih lagi wisuda di Polban ini agak berbeda dan itu yang menjadikannya istimewa. Walaupun pada kenyataannya, kebahagian itu hanya bertahan satu hari atau mungkin hanya beberapa jam saja. Apalagi setelah wisuda, kamu akan sampai pada masa banyak waktu tapi ngga ada uang, mau minta segan gak minta tapi butuh. Serba salah.

Memang benar dalam bahagia itu pasti selalu saja ada kesediahan yang terselip. Seperti yang saya rasakan. Saat pulang meninggalkan Polban, perjalanan saya dari Bandung menuju kampung halaman diselimuti rasa sedih. Potongan-potongan kenangan bermunculan bergantian dalam benak saya. Adegannya persis banget kayak di sinetron-sinteron pas para pemainnya lagi inget masa lalu. Pertemanan dengan orang-orang dari beda kota, yang akhirnya memang harus membawa kami kembali ke kota masing-masing. Engga yakin di dunia luar nanti apakah akan dapat teman seperti mereka, apakah akan menemukan lagi teman rasa keluarga seperti mereka, teman-teman yang saya temui di Polban. Dan yang lebih menyedihkan adalah sebuah pertanyaan yang selalu muncul dalam benak, yaitu “abis ini mau ngapain?” menjadi PR bagi kami yang baru saja resmi jadi pengangguran  alumni. Belum resmi jadi alumni pun kami sudah merasakan sulitnya cari pekerjaan, eh ralat, sulitnya keterima kerja. Panggilan test kerja sih sudah berkali-kali ya, guys, cuma belum jodoh aja, banyak-banyakin sabar aja deh, ya. Buat teman-teman yang sudah kerja selamat ya dan buat yang belum tetap semangat jadi jobseeker nya!! Jangan lelah ikut job fair ya!!!!

Terakhir, saya berterima kasih kepada Tuhan saya, atas kehendek-Nya lah saya bisa sampai pada fase hidup berikut ini. Kemudian kedua orang tua, kalau ini saya bingung mau ngomong apa, yang jelas mereka adalah orang-orang paling berpengaruh dalam hidup saya. Selanjutnya buat kerabat, teman-teman dan mantan yang sudah meluangkan waktu datang pas wisuda kemarin. Khususnya teruntuk kalian-kalian yang katanya kabita ingin wisuda, semoga melihat acara wisuda kemarin jadi termotivasi ya, sok pada semangat kuliah dan ngerjain skripsinya biar segera wisuda juga. 

Daaannn sekali lagi selamat berbahagia untuk teman-teman Polban’13. Selamat menempuh hidup baru yang ‘lebih keras’ dari sekedar tugas akhir kawan-kawanku sekalian. Semoga apa yang dicita-citakan dapat terkabul dan berhasil meraih tujuannya masing-masing, yang terpenting pertanyaan “abis ini mau ngapain” segera terjawab ya. 



Bonus foto-foto sisa kebahagian kemarin
.
.
.
.
.
.
.
.
.












Komentar

  1. Alhamdulillaah..., selamat ya, Mbak. Semoga selanjutnya lebih sukses lagi. Ilmu yang bermanfaat, rezeki yang berkah, dan bahagia selalu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Mari berkomentar, mari berkawan! Ketahuilah, komentarmu sangat berarti. Terima kasih :))))

Postingan populer dari blog ini

Manis Pait Tukang Jarkom

Pernah denger istilah “Jarkom”? Pastilah ya pasti banget. Ini istilah paling fenomenal di kalangan anak SMA khususnya sih Mahasiswa. Gue sendiri pertama denger istilah ini pas jaman-jaman ospek kuliah, banyak benget yang ngomong “kalo ada info apa-apa jarkom ya” awalnya gue bingung sih apaan itu jarkom, tapi setelah gue nyari info ternyata jarkom ini sebenernya kata lain dari istilahnya anak alay “send all” yang lebih kekinian. Gitu. Sadar gak sadar istilah ini seolah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan keseharian mahasiswa khususnya. Gue yakin banyak mahasiswa yang hampir tiap harinya keluar istilah ini dari mulut mereka, yaa apalagi mereka para aktivis kampus. Bener gak? Kata orang pinter sih (baca:Google) jarkom itu kependekan dari “jaringan komunikasi” dimana satu orang dalam organisasi harus menyampaikan informasi dengan cara menyebarkannya melalui media elektronik ke semua anggota di organisasi tersebut. Biasanya sih orang humas yang jadi tukang jarkom. Namanya humas k

Naskah Berita, Liputan Objek Wisata Situ Lengkong Panjalu

Sumber gambar: Google Objek wisata Situ Lengkong Panjalu merupakan perpaduan objek wisata alam, budaya dan ziarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Situ Lengkong Panjalu merupakan sebuah danau dengan luas 57,95 hektar dan kedalaman air sekitar 4 sampai 6 meter. Dengan menumpuh jarak 32 km dari Kota Ciamis kita sudah bisa sampai di tempat wisata ini.  Untuk masuk ke tempat wisata ini kita cukup merogoh kocek sebesar Rp. 3000/orang. Di tengah danau Situ Lengkong terdapat pulau yang disebut dengan Nusa Gede yang menjadi tujuan ziarah wisatawan. Nusa Gede pada awalnya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu dan kini di dalamnya terdapat makam Hariang Kencana yang merupakan anak dari Prabu Sanghyang Borosngora yang merupakan Raja Islam pertama di Kerjaan Panjalu. Masyarakat Panjalu sendiri menyebut Hariang Kencana sebagai Syekh Panjalu. Menurut cerita dari mulut ke mulut masyarakat sekitar bahwa air yang terdapat di danau Situ Panjalu merupakan tetesan ai

[CERPEN] Januari

Januari Oleh: Shela Gumilang Hari itu adalah hari ke empat di bulan Januari saat tanpa sengaja kita dipertemukan kembali di alun-alun kota setelah beberapa bulan tak bersua. Saat itu ku pikir rasaku padamu tak lagi sama seperti dulu, ku kira aku sudah mati rasa padamu, namun nyatanya setelah melihat senyummu itu hari-hariku seperti menjadi rusak dibuatnya. Hanya karena seulas senyum, aku dibuat menggila karenanya. Tapi apa kau tahu bahwa setelahnya juga aku merasa sakit? Sungguh tak ada yang lebih sakit ketika kita harus bertemu kembali namun seolah sebelumnya tak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Kau hanya tersenyum kepadaku, lalu aku merasa semakin tak waras karenanya dan kau pergi lagi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Aku melihatmu melangkah pergi saat itu, berjalan melewatiku tanpa sedikit pun ingin menatapku lagi sedangkan lidahku kelu tak mampu hanya sekedar untuk memanggil namamu. Hari berganti hari tapi bayangan tentang senyummu pagi itu seolah tak perna