Langsung ke konten utama

Kurang Amal


“Dek, mamah udah transfer ya..”

Begitulah kiranya sebuah pesan singkat yang ibuku kirimkan siang itu. Kalimat berisi lima karakter yang sangat menyenangkan bagi semua anak kost tentunya. Saat menerima pesan tersebut hatiku seolah berteriak girang sambil berkata, “Yes, malam ini makan enak!” Begitulah, jika punya uang banyak aku akan kalap membeli makanan, pantas saja tubuh ini.......ah sudahlah.

Sore harinya aku pergi dengan temanku ke salah satu kampus negeri yang terkenal di Bandung untuk mengambil sertifikat workshop yang sudah aku ikuti sebelumnya. Kita pergi naik motor dan sepanjang perjalanan aku dan temanku tidak banyak bicara hingga membuatku merasa bosan. Aku pun segera mengambil handphone yang aku simpan di tas gendongku untuk mengusir rasa bosan. Karena malas memutar tasku ke depan, aku pun meraba-raba bagian kecil dari tas gendongku sambil berusaha mengambil handphone yang disimpan di dalamnya. Handphone berhasil aku ambil, rasa bosan sepanjang perjalanan pun hilang, tanpa sadar sesuatu yang buruk sedang menunggu di depan mata.

Sesampainya di kampus tersebut dan urusanku selasai, aku dan temanku –Fahmi—memutuskan untuk makan dulu di kampus tersebut sebelum pulang.

“Tunggu Fah, aku ke ATM dulu ya,” kataku saat Fahmi mengajak aku makan.

“Gak usah, Shel. Dari aku aja dulu,” ah Fahmi memang peka, senyumku pun mengembang.

Urusan perut selesai, kami memutuskan untuk pulang.

“Fah, nanti anterin ke ATM ya aku mau ambil duit nih gak pegang sama sekali,” sedikit berteriak aku bicara pada Fahmi. Bukan, bukan karena dia budek, kita lagi di jalan raya jadi harus sedikit mengeluarkan tenaga untuk berbicara.

“Siap,” katanya singkat.

Sesampainya di ATM, aku gelisah tiada tara, dompetku tak ada dalam tas.

“Wah ketinggalan di kost nih pasti,” sekuat hati aku berusaha positive thingking.

“Udah?” tanya Fahmi.

“Gak jadi, kayaknya dompetku ketinggalan deh.”

“Pantesan tadi aku pengen bayarin kamu makan.”

“Haha iya thanks ya, Fah.”
***

Kucari-cari dompet di kamar kost, isi tas pun aku tumpahkan semua. Nihil. Dompet tak ada di mana-mana. Fix hilang. Pikiranku kembali menerawang kejadian beberapa jam lalu. Kuingat-ingat di mana kira-kira dompet yang sudah menemaniku sejak enam tahun lalu itu jatuh. “Pasti pas tadi lagi ngambil hp nih jatuhnya,” batinku.

Memang sih tak ada uang di dalamnya. Tapi ada KTM yang berfungsi juga sebagai ATM, ada KTP, ada kartu asuransi dari kampus, dan banyak bukti transfer belanja online. Semua hilang tak berbekas. Aku juga baru teringat kalau siang tadi ibuku baru saja mengirim uang dan gagal sudah makan enakku malam ini. Ah, tapi boro-boro lapar sih, lemes hati adek ditinggal dompet kesayangan.

Jadi cukup sampai di sini saja setelah enam tahun kita bersama?

Kamu memilih pergi begitu saja tanpa pamit?

Ternyata ini lebih sakit daripada kehilangan dia pas lagi sayang-sayanganya, ya.

***

Dua hari kemudian, aku dapat pinjaman uang dari saudaraku yang tinggal di Bandung. Lumayan untuk makan satu minggu dan beli perlengkapan bulanan yang hampir habis. Aku pun meminta temanku pergi menemaniku untuk belanja bulanan ke salah satu Supermarket dekat tempat kost.

“Dev anter aku belanja yuk, mau beli sabun dan teman-temannya nih,” ajakku pada Devi, salah satu teman kost-ku.

“Boleh, sekalian aku juga mau belanja.”

Pergilah kami berdua naik angkot yang langsung menuju ke Supermarket itu. Karena belum punya dompet dan malas bawa tas, aku pun menyelipkan semua uangku ke dalam saku celana jeans-ku. Iya aku bawa semua uangnya, berikut uang-uang receh yang masih tersisa sebelumnya.

Turun dari angkot aku dan Devi pun segera membayar ongkosnya dan segera masuk ke area Supermarket. Saat sedang asyik melihat-lihat merek sabun yang kalau diiklan-iklan akan membuat kulit menjadi putih dan mulus seketika, aku merogoh saku celanaku untuk mempersiapkan uangnya agar nanti tak ribet saat akan bayar. Tanganku masuk pada saku celana sebelah kiri –aku ingat menyimpan uangnya di sana—tapi ternyata tak ada, akhirnya tanganku berpindah pada saku sebelah kanan, tak ada juga, aku pun merogoh saku bagian belakang celanaku, dan masih tak ada.  Kuhampiri Devi yang sedang asyik memilih-milih tumblr.

“Dev, kayaknya uang aku ilang lagi deh,” kataku, lesu.

Seketika Devi membalikan badannya kepadaku dengan raut muka kaget seolah baru melihat mantan jalan dengan pacar barunya.

“Serius?! Cek lagi deh, Shel!”

“Ngga ada,” aku pasrah.

“Kamu kurang amal deh kayaknya Shel, baru dua hari kemarin dompet hilang, sekarang uang hilang lagi, dan sebelumnya kamu baru kehilangan dia tanpa sebab kan?”

“Apa sih Deeeevvvvv!! Jangan bawa-bawa dia lah, ini uangku yang hilang. Perkara dia yang pergi gitu aja aku udah lupa!”

“Ciee baper hahaha. Bener deh Shel kamu kurang amal ini mah, yaudah sok kamu mau beli apa? Pake duit aku aja dulu.”

“Ngga deh, aku gak jadi belanja.”

“Eh serius?”

“Iya.”
***

Dalam perjalanan pulang, aku merenungi perkataan Devi tadi. Katanya aku kurang amal, mungkin ada benarnya juga sih, tapi perkara si dia yang ninggalin aku gitu aja? Aku harus berbagi hati sama orang lain gitu itung-itung beramal? Ya, gak bisa gitu kali, perasaan kan gak enak kalau dibagi-bagi. Sial, jadi kepikiran si dia lagi kan, baper lagi kan.

Tapi masalah rezeki kayaknya emang aku harus rajin berbagi. Ya mungkin ini memang peringatan dari Tuhan buat aku biar banyak-banyak beramal, ngga belanja online mulu. Kayak Firman dan Kak El nih yang ngadain #GiveawayKehilangan, bagi-bagi rezeki, ngumpul-ngumpulin amal biar hidup bahagia, sejahtara dan sentosa ya?

Semoga dengan acara #GiveawayKehilangan Firman dan Kak El ini rezeki kalian lancar terus yaaa dan ngga mengalami kejadian kayak aku ini. Amiiinn.

Duh aku ngedoain kalian bukan biar aku memang terus dapat novel atau Tupperware bukan ih serius bukan.

Aku cuma mau novel Surat untuk Ruth nya aja kok, Fir.

HAHAHAHAHA. Malam!




Komentar

  1. Wiihhhh kerennn...
    Pesan moralnya dapet ini kak..
    Sukses utk GA nya ya..
    Salam kenal ^_^

    BalasHapus
  2. Senyata-nyata kurang amal ini, mah... Hahaha

    Eh, kalau Novel Surat Untuk Ruth sih aku ada.. Sudah dibaca habis malah, sekarang lagi nangkring di rak buku dengan tenangnya. *bikin makin mupeng* :D

    Btw, salam kenal, ya.. terima kasih sudah ikut meramaikan! :D

    BalasHapus
  3. *pasang muka mupeng semupeng-mupengnya* hahaha

    Salam kenal juga Kak El, sering-seringlah bikin give away biar ga kurang amal hahahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Mari berkomentar, mari berkawan! Ketahuilah, komentarmu sangat berarti. Terima kasih :))))

Postingan populer dari blog ini

Manis Pait Tukang Jarkom

Pernah denger istilah “Jarkom”? Pastilah ya pasti banget. Ini istilah paling fenomenal di kalangan anak SMA khususnya sih Mahasiswa. Gue sendiri pertama denger istilah ini pas jaman-jaman ospek kuliah, banyak benget yang ngomong “kalo ada info apa-apa jarkom ya” awalnya gue bingung sih apaan itu jarkom, tapi setelah gue nyari info ternyata jarkom ini sebenernya kata lain dari istilahnya anak alay “send all” yang lebih kekinian. Gitu. Sadar gak sadar istilah ini seolah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan keseharian mahasiswa khususnya. Gue yakin banyak mahasiswa yang hampir tiap harinya keluar istilah ini dari mulut mereka, yaa apalagi mereka para aktivis kampus. Bener gak? Kata orang pinter sih (baca:Google) jarkom itu kependekan dari “jaringan komunikasi” dimana satu orang dalam organisasi harus menyampaikan informasi dengan cara menyebarkannya melalui media elektronik ke semua anggota di organisasi tersebut. Biasanya sih orang humas yang jadi tukang jarkom. Namanya humas k

Naskah Berita, Liputan Objek Wisata Situ Lengkong Panjalu

Sumber gambar: Google Objek wisata Situ Lengkong Panjalu merupakan perpaduan objek wisata alam, budaya dan ziarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Situ Lengkong Panjalu merupakan sebuah danau dengan luas 57,95 hektar dan kedalaman air sekitar 4 sampai 6 meter. Dengan menumpuh jarak 32 km dari Kota Ciamis kita sudah bisa sampai di tempat wisata ini.  Untuk masuk ke tempat wisata ini kita cukup merogoh kocek sebesar Rp. 3000/orang. Di tengah danau Situ Lengkong terdapat pulau yang disebut dengan Nusa Gede yang menjadi tujuan ziarah wisatawan. Nusa Gede pada awalnya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu dan kini di dalamnya terdapat makam Hariang Kencana yang merupakan anak dari Prabu Sanghyang Borosngora yang merupakan Raja Islam pertama di Kerjaan Panjalu. Masyarakat Panjalu sendiri menyebut Hariang Kencana sebagai Syekh Panjalu. Menurut cerita dari mulut ke mulut masyarakat sekitar bahwa air yang terdapat di danau Situ Panjalu merupakan tetesan ai

[CERPEN] Januari

Januari Oleh: Shela Gumilang Hari itu adalah hari ke empat di bulan Januari saat tanpa sengaja kita dipertemukan kembali di alun-alun kota setelah beberapa bulan tak bersua. Saat itu ku pikir rasaku padamu tak lagi sama seperti dulu, ku kira aku sudah mati rasa padamu, namun nyatanya setelah melihat senyummu itu hari-hariku seperti menjadi rusak dibuatnya. Hanya karena seulas senyum, aku dibuat menggila karenanya. Tapi apa kau tahu bahwa setelahnya juga aku merasa sakit? Sungguh tak ada yang lebih sakit ketika kita harus bertemu kembali namun seolah sebelumnya tak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Kau hanya tersenyum kepadaku, lalu aku merasa semakin tak waras karenanya dan kau pergi lagi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Aku melihatmu melangkah pergi saat itu, berjalan melewatiku tanpa sedikit pun ingin menatapku lagi sedangkan lidahku kelu tak mampu hanya sekedar untuk memanggil namamu. Hari berganti hari tapi bayangan tentang senyummu pagi itu seolah tak perna