Langsung ke konten utama

Love and Difference



Jatuh cinta memang tak pernah mengenal waktu, tempat dan kondisi. Tak pernah mengenal kamu siapa dan dia siapa. Cinta selalu datang tiba-tiba pada siapapun itu, bahkan pada mereka yang katanya berbeda. Jatuh cinta memang bisa membahagiakan kita seketika dan melupakan semua perbedaan yang ada, seperti apa yang aku alami bersama dia.
Bukankan kita diajarkan bagaimana bertoleransi? Bukankah dalam suatu hubungan mengajarkan kita untuk saling mengghargai? Bukankah orang bilang perbedaan itu indah? Tapi mengapa karena perbedaan ini kita harus berpisah?
-Anne-
***
Drrrtt….drrtt….Round and around we dance I’ll never stop falling in love with you….drrrtt…drrttt….. Terdengar ringtone lagu Falling In Love-nya Us the Duo dari handphone Anne, dengan semangatnya dia melihat nama orang yang tertera dilayar handphone lalu tersenyum dan segera mengangkatnya.
“Ya, sayang?” Tanya Anne.
 “Kita perlu bicara, aku jemput kamu sekarang.” Jawab Akbar cepat.
 “Hah? Kok-----“ Sebelum selesai bicara sambungan telepon tiba-tiba terputus, seketika Anne melepaskan handphone dari telinganya dan memandanginya hingga dia tak sadar dia memajukan bibirnya ke depan.
“Abis terima telepon dari pacar ko cemberut sih?” Tanya Risha yang cukup membuat Anne kaget.
“Akbar aneh, dia tiba-tiba nelepon ngajak ketemu tapi belum selesei ngomong teleponnya dia matiin.”
“Mungkin dia mau ngasih kamu kejutan, kamu bilang hari ini tepat lima tahunan kamu sama dia kan. Lama juga ya pacaran kalian, masih belum nemu jalan keluar?”
“Maksud kamu apa sih Ris?”
“Aku yakin kamu ngerti maksud aku.” Risha segera membereskan meja kerjanya dan berlalu meninggalkan Anne sendirian.
“Duluan ya Ne.”
Tak ada jawaban dari mulut Anne. Kali ini dia sibuk melamun. Ya, hubungan mereka memang sudah terjalin selama lima tahun lamanya. Tepatnya sejak mereka duduk di bangku SMA. Selama ini orang-orang memang melihat hubungan Anne dan Akbar baik-baik saja, mereka selalu terlihat romantis. Akan tetapi orang-orang diluar sana tidak pernah tahu apa yang berkecamuk pada hati keduanya. Pertanyaan “mau dibawa kemana hubungan kita?” selalu menjadi bayang-bayang disetiap langkah mereka, walaupun pada dasarnya mereka sudah sama-sama tahu bagaimana akhirnya. “Semuanya pasti bakal ada jalan keluarnya” selalu menjadi kalimat yang menguatkan mereka berdua.
Drrrtt….drrtt….Round and around we dance I’ll never stop falling in love with you….drrrtt…drrttt….. Ringtone Us The Duo kembali terdengar dari handphone Anne dan berhasil membuyarkan lamunannya.
“Aku di depan Ne.”
“Iya.”
Anne segera bergegas keluar kantor dan menghampiri Akbar yang sudah menunggunya. Tak ada senyuman manis yang biasa Akbar perlihatkan pada Anne, bahkan Akbar sama sekali tak melepaskan helm-nya. Sepanjang perjalanan menuju Garden Café, café dengan suasana perkebunan yang sangat asri yang menjadi tempat favorit mereka, Akbar tetap saja bungkam. Anne memang  menyadari prilaku Akbar yang aneh, tapi dalam pikirannya bahwa hari ini Akbar akan memberinya kejutan spesial di hari jadi mereka yang ke lima tahun ini.
“Kamu mau pesan apa?” Tanya Anne pada Akbar yang sedari tadi sibuk melamun.
“Terserah kamu.” Jawab Akbar singkat
Akbar ini aneh banget sih kalau mau ngerjain gak gini juga kali, aku kan gak suka dicuekin. Protes Anne dalam hatinya.
“Hot chocolate dua ya Mas.” Anne sengaja memesan minuman favorit Akbar.
Akbar sendiri masih sibuk dalam lamunannya. Sebelumnya dia memang sudah memantapkan diri untuk mengatakan semuanya pada Anne hari ini, walaupun dia sendiri tahu pasti bahwa hatinya juga hati Anne akan tersakiti. Hubungan yang selama ini terjalin mungkin akan sia-sia hanya dengan satu kata. Perpisahan.
“Ne…” Anne terkejut saat tiba-tiba Akbar memegang kedua tangannya, bahkan Anne semakin terkejut ketika dia menyadari sorot mata kekasihnya yang penuh kesedihan.
“Kamu kenapa Bar?” Suara Anne terdengar begitu halus ditelinga Akbar, membuatnya ragu untuk mengatakan kata perpisahan kepada kekasih yang amat dia cintai itu.Tak bisa dia membayangkan bagaimana jadinya kalau mereka sudah benar-benar berpisah nanti, tak ada lagi suara halus itu, suara yang mampu menengkannya, suara yang selalu ia dengar sebelum dia tidur dan membawanya pada mimpi indah, suara yang sudah menemaninya selama lima tahun ini.
“Bicara aja Bar kalau ada masalah.”
“Ne..aku udah nemuin jalan keluar untuk hubungan kita.”
“Kamu serius? Apa Bar? Bilang sama aku Bar!” Melihat Anne yang tampak antusias, Akbar semakin tak kuasa untuk mengatakan niatnya hari ini, akan tetapi dia tak bisa diam saja, hubungan ini sudah terlalu lama dan tak ada jalan keluar lain selain berpisah.
“Kita putus Ne..” Jawab Akbar singkat, tak terasa air mata Akbar pun jatuh untuk pertama kalinya di depan Anne. Tak ada jawaban dari mulut Anne. Hatinya sakit, sungguh sakit. Walaupun dia tahu hari ini mungkin saja terjadi tapi dia tak pernah benar-benar menyangka bahwa kata-kata menyakitkan itu akan keluar dari mulut Akbar, orang yang paling dicintainya. Selama ini Akbar memang kerap kali mengatakan “semua bakal ada jalan keluarnya, Ne..” Tapi Anne tak pernah percaya jalan keluar yang Akbar maksud adalah ini. Bahkan Anne tak menyangka bahwa Akbar akan mengatakannya dihari jadi mereka yang ke lima tahun ini. Sungguh jika memang benar-benar akan berakhir kenapa harus bertahan selama ini, kenapa tak sejak dulu saja mereka mengakhirinya, kenapa harus menunggu sampai lima tahun?
“Kenapa Bar? Kenapa harus kaya gini?” Tanya Anne dengan suara parau. Air matanya tak tertahankan lagi, raut wajah cantik Anne kini tertutupi air yang begitu derasnya keluar dari matanya.
“Maafkan aku Ne, tapi biar bagaimana pun aku yang mengucap ‘Alhamdulillah’ dengan kamu yang mengucap ‘Puji Tuhan’ tak akan pernah bisa bersatu.”
“Tapi bukankah kita bisa saling bertoleransi?”
Ya toleransi. Akbar bertoleransi atas apa yang Anne yakini, begitupun sebaliknya.dan  mereka bisa berjalan berdampingan terus berjalan mempertahankan atas apa yang sebenarnya sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan mereka seolah-olah melupakan perbedaan yang ada. Tapi perbedaan tetaplah perbedaan, dia tetap ada mengikuti jejak langkah kisah-kasih Akbar dan Anne.
“Orang tua kita saja jelas-jelas menentang hubungan kita Ne, kita bisa apa selain berpisah? Dengarkan aku Ne. Aku tahu hari ini tepat lima tahun hubungan kita, tapi apakah kamu sadar bahwa selama lima tahun ini kita seolah-olah hidup dalam kebohongan? Kita saling menguatkan dan meyakini bahwa semua ini akan baik-baik saja, semua ini ada jalan keluarnya tapi kita sendiri ragu kan? Kita juga sudah tahu bahwa hari ini pasti akan terjadi tapi kita terus memaksakan diri untuk saling bertahan, selama ini kita hanya berpura-pura tertawa bahagia padahal dalam hati kita selalu merasa khawatir. Kita bahkan pandai membohongi orang-orang diluar sana dengan memperlihatkan kemesraan kita padahal dalam hati kita cemas apakah kemesraan ini akan terus bertahan atau justru akan menjadi kenangan yang tak akan pernah terulang lagi.”
Anne tetap berdiam diri, dia memang setuju dengan apa yang dikatakan Akbar tapi mulutnya kini sudah tak mampu berkata apapun, hanya air mata yang kini terus menerus membanjiri pipinya. Baginya, tak ada hari yang lebih buruk selain hari ini. Hari ini, iya hari ini, hari yang paling ia takutkan itu ternyata benar-benar menjadi kenyataan.
“Maafkan aku Ne, aku tahu kamu sakit hati tapi aku yakin ini yang terbaik buat kita. Mulai sekarang aku hanya bisa mendoakanmu dari jauh, aku yakin kamu bisa bahagia dengan orang yang tepat yang dipilihkan Tuhanmu untukmu, dan orang itu bukan aku Ne. Selamat tinggal Anne, aku sayang kamu.”
Akbar segera beranjak dari tempat dia duduk, meninggalkan Anne yang kini tertunduk lesu, terpuruk mengahadapi kenyataan baru yang kini ia hadapi. Sekarang dia hanya bisa memandangi punggung Akbar yang semakin lama semakin hilang ditelan keramaian. Akbar benar-benar meninggalkannya.
***
Satu tahun kemudian…..
Seorang pria tampan dengan tuxedo hitam-putih dan dasi kupu-kupu yang semakin menegaskan penampilan casualnya tengah duduk tenang disebuah kursi gereja yang kini tampak ramai. Pria tersebut tampak terlihat serius memerhatikan sepasang kekasih yang kini sedang mengucapkan janji suci dihadapan seorang pendeta diatas altar.
“Kamu lihat Bar, Anne dan Jason tampak bahagia ya, tapi apa kamu yakin Anne benar-benar bahagia?” Tanya Risha tiba-tiba.
“Ya, aku yakin bahwa Anne akan bahagia walaupun bukan dengan aku Ris.” Jawab Akbar.
“Kemarin Anne curhat sama aku Bar, dia bilang sampai saat ini dia masih belajar buat melupakan kamu, sebagian dari hatinya pasti masih tertinggal di kamu Bar.”
“Anne tidak boleh menyakiti Jason, Ris.”
“Itu juga yang aku bilang sama dia Bar.”
Akbar memang tak akan sanggup berlama-lama disana, dia segera pergi meninggalkan gereja tersebut. Air matanya kembali terjatuh setelah peristiwa satu tahun lalu. Akbar pun belum benar-benar melupakan Anne. Namun, inilah takdir cinta mereka, tak mungkin bersatu.
***
Tuhan tahu jalan terbaik untuk umat-Nya. Meskipun kita berpisah berarti itu adalah jalan terbaik untuk kita, dan Tuhan pun pasti sudah mempersiapkan pasangan yang terbaik untuk kita, yang tepat untuk kita, yang seiman dengan kita. Percayalah bahwa rencana Tuhan selalu lebih indah. Dan kamu pasti akan bahagia, percayalah.
-Akbar-



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manis Pait Tukang Jarkom

Pernah denger istilah “Jarkom”? Pastilah ya pasti banget. Ini istilah paling fenomenal di kalangan anak SMA khususnya sih Mahasiswa. Gue sendiri pertama denger istilah ini pas jaman-jaman ospek kuliah, banyak benget yang ngomong “kalo ada info apa-apa jarkom ya” awalnya gue bingung sih apaan itu jarkom, tapi setelah gue nyari info ternyata jarkom ini sebenernya kata lain dari istilahnya anak alay “send all” yang lebih kekinian. Gitu. Sadar gak sadar istilah ini seolah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan keseharian mahasiswa khususnya. Gue yakin banyak mahasiswa yang hampir tiap harinya keluar istilah ini dari mulut mereka, yaa apalagi mereka para aktivis kampus. Bener gak? Kata orang pinter sih (baca:Google) jarkom itu kependekan dari “jaringan komunikasi” dimana satu orang dalam organisasi harus menyampaikan informasi dengan cara menyebarkannya melalui media elektronik ke semua anggota di organisasi tersebut. Biasanya sih orang humas yang jadi tukang jarkom. Namanya humas k

Naskah Berita, Liputan Objek Wisata Situ Lengkong Panjalu

Sumber gambar: Google Objek wisata Situ Lengkong Panjalu merupakan perpaduan objek wisata alam, budaya dan ziarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Situ Lengkong Panjalu merupakan sebuah danau dengan luas 57,95 hektar dan kedalaman air sekitar 4 sampai 6 meter. Dengan menumpuh jarak 32 km dari Kota Ciamis kita sudah bisa sampai di tempat wisata ini.  Untuk masuk ke tempat wisata ini kita cukup merogoh kocek sebesar Rp. 3000/orang. Di tengah danau Situ Lengkong terdapat pulau yang disebut dengan Nusa Gede yang menjadi tujuan ziarah wisatawan. Nusa Gede pada awalnya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu dan kini di dalamnya terdapat makam Hariang Kencana yang merupakan anak dari Prabu Sanghyang Borosngora yang merupakan Raja Islam pertama di Kerjaan Panjalu. Masyarakat Panjalu sendiri menyebut Hariang Kencana sebagai Syekh Panjalu. Menurut cerita dari mulut ke mulut masyarakat sekitar bahwa air yang terdapat di danau Situ Panjalu merupakan tetesan ai

[CERPEN] Januari

Januari Oleh: Shela Gumilang Hari itu adalah hari ke empat di bulan Januari saat tanpa sengaja kita dipertemukan kembali di alun-alun kota setelah beberapa bulan tak bersua. Saat itu ku pikir rasaku padamu tak lagi sama seperti dulu, ku kira aku sudah mati rasa padamu, namun nyatanya setelah melihat senyummu itu hari-hariku seperti menjadi rusak dibuatnya. Hanya karena seulas senyum, aku dibuat menggila karenanya. Tapi apa kau tahu bahwa setelahnya juga aku merasa sakit? Sungguh tak ada yang lebih sakit ketika kita harus bertemu kembali namun seolah sebelumnya tak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Kau hanya tersenyum kepadaku, lalu aku merasa semakin tak waras karenanya dan kau pergi lagi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Aku melihatmu melangkah pergi saat itu, berjalan melewatiku tanpa sedikit pun ingin menatapku lagi sedangkan lidahku kelu tak mampu hanya sekedar untuk memanggil namamu. Hari berganti hari tapi bayangan tentang senyummu pagi itu seolah tak perna