Langsung ke konten utama

-Cerpen- Hujan Kemarin

Aku terlalu jatuh cinta dengan hujan, wangi yang dia tebarkan setelahnya membuatku merasakan kesejukan yang menepiskan segala rasa cemasku, terkadang pelangi penuh warna itu pun muncul setelah hujan membasahi tempat dimana aku berpijak, polesan warna di langit itu sangat memabukkan penglihatanku. Indah.  Sejuknya pun mulai menyeruak membahasi perasaanku hingga damai terasa. Apalagi hujan bisa membuat aku berlama-lama denganmu. Ah, sungguh ini yang paling aku suka. Tak banyak waktu kita bisa bersama, namun ketika hujan bersamamu semua rasa rindu yang menjadi-jadi bisa terbayarkan. Hujan memang paling pandai untuk menahanmu selalu ada di dekatku. Aku suka hujan, terlebih lagi menyukai dirimu.


Aku tiba-tiba tersentak. Suara petir itu membuyarkan lamunanku, mengembalikanku ke alam nyata. Oh! Memori otakku kembali mengajakku berjalan-jalan mengelilingi masa lalu, semua yang telah berlalu kini teringat lagi, kini terkenang lagi. Tentang aku yang menyukai hujan dan dirimu, tentang aku yang bahagia menikmati hujan bersamamu. Aku mulai sadar itu hanya masa lalu yang harusnya tak pernah ku ungkit lagi tapi hati ini selalu saja memaksa otakku untuk kembali lagi mengingatnya. Hujan terlalu mengingatkan aku pada dirimu, karena itu kini tak ada lagi aku yang menyukai hujan, tak ada lagi aku yang menyukaimu. Jelasnya, aku benci hujan, terlebih lagi membenci dirimu. 

***
*Flashback On
Sore itu hujan turun dan aku kembali bertemu denganmu, betapa senangnya. Seperti biasa aku memoles diriku sebelum berjumpa denganmu. Tentu saja sebagai perempuan normal aku ingin terlihat cantik saat bertatapan denganmu. Kugunakan dress hijau selutut favoritku dan flat shoes dengan warna senada, ku biarkan rambut sebahuku terurai, kuberikan pita kecil dirambutku dengan warna sedikit keemasan. “Mencolok tapi cantik” bisikku depan cermin lalu kemudian aku tersenyum geli.
Hujan hampir reda, hanya menyisakan rintik-rintik kecil yang membasahi dedaunan di depan rumahku. Baiklah aku terobos saja hujan ini, lagipula kita akan bertemu di taman dekat rumahku, tak perlu payung. Aku melihatmu sekilas disalah satu gazebo taman, aku berlari kecil menghampirimu dan kau tersenyum padaku. Ah senyumanmu itu selalu saja membuat darah-darah yang mengalir di tubuhku berdansa tiba-tiba. Tak sabar, ku hampiri dirimu, ku peluk dirimu, tapi ada satu hal yang mengganjal hatiku. Kau tak membalas pelukanku? Kau melapaskan pelukannku? Ku tatap dua bola matanya dengan tatapan penuh tanda tanya. Tak rindukah kau kepadaku?  Tiba-tiba semua pertanyaan yang bersarang di otakku terpecahkan dengan satu jawaban dari mulutnya “Cukup sampai disini,” katanya.
Apa? Apanya yang sampai di sini? Sebelum sempat ku tanyakan pertanyaan itu, kau sudah berlalu menerobos hujan yang tiba-tiba deras kembali. Kau pergi, meninggalkanku begitu saja. Dan aku diam bersama hujan dengan beribu-ribu pertanyaan lagi.

*Flashback Off
***
Hujan sore itu seolah menjadi saksi bisu dimana kau meninggalkanku dengan beribu tanya. Hujan yang datang bersama petir yang menyeramkan sore itu seolah mendengar jeritanku yang sulit menerima kenyataan bahwa aku telah ditinggalkan begitu saja. Dan bahkan hujan sore itu tak dapat lagi menahanmu untuk berlama-lama denganku. Rasanya tak ingin lagi aku tersenyum setelah kau tinggal pergi begitu saja, biarlah aku di sini sendiri tanpa hadirmu lagi. Bagiku, tak ada yang lebih sakit dibandingkan ditinggal tanpa alasan seperti ini.
Tapi ternyata bukan perkara mudah bagiku melupakanmu, jika hujan turun maka memori tentangmu seperti berputar lagi dalam otakku. Aku benci hujan, aku benci wanginya, aku benci pelangi yang datang setelahnya. Aku benci kamu!

Dan kini setelah bertahun-tahun berlalu, setelah lama kita tak bersua tiba-tiba satu pesan singkat menggetarkan handphoneku. “Apa kabar?” tanyamu. Darahku terasa mengalir lebih deras daripada biasanya, jantungku berdegup-degup bagikan mengikuti alunan music disco tapi rasanya berbeda dengan waktu itu, waktu aku masih menyukai hujan. Sungguh aku tidak berminat membalas pesanmu, menghilang dengan hujan selama bertahun-tahun lamanya tanpa ada kabar sedikitpun lalu tanpa ada persiapan apapun dariku kau tiba-tiba kembali datang dan bertanya tentang kabarku. Kau pikir aku baik-baik saja?
Kau sama saja dengan hujan selalu datang dan pergi tiba-tiba. Kau pergi saat hujan dan kau pun datang saat hujan. Kamu dan hujan terlalu berkaitan.

Handphoneku kembali bergetar, tapi kali ini lebih lama. Aku tersentak saat kulihat nama yang tertera dilayar handphoneku. Kau meneleponku, tak ingin aku mengangkatnya namun ternyata rasa penasaranku lebih besar. Dan ternyata aku sedikit merindukan suaramu. “Munafik” bisikku pada diriku sendiri.

Dengan malas aku angkat telepon darimu. “Halo?” katamu, hemm suaramu masih sama seperti dulu. Aku tak banyak bicara saat itu, hanya ‘oh’ ‘iya’ ‘tidak’ yang selalu aku lontarkan. Kuharap kau cukup mengerti bahwa aku sudah tak berminat dengamu dan kau segera mengakhiri teleponnya. Tiga puluh menit berlalu tapi bagiku rasanya seperti lebih dari sekedar tiga puluh menit, lama. Ku akhiri percakapanku bersamamu saat itu dengan satu kata “tidak” tanpa penjelasan seperti saat kau meninggalkanku.

Aku tak percaya setelah sekian lama menghilang, kau tiba-tiba datang dan bilang rindu padaku lalu mengajakku kembali padamu. Hahahahaha biarkan aku tertawa dulu. Apa kau pikir mudah bagiku membangun lagi kepercayaan bersamamu? Maaf, tapi bagiku tak ada gunanya membangun kembali hubungan yang pernah gagal. Mungkin aku terkesan egois tapi kegagalan bersamamu cukup membuat aku tak berdaya, aku tak mau lagi mengulangnya.
Bagiku kau hanya datang dan membawa luka lama, dan aku tak ingin salah semua seperti dulu. Biarlah kini hujan menghapus jejakmu.

***

Komentar

  1. ini kalau diterjemahkan jadi video pendek sepertinya keren :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ide yg bagus :)
      Cerpen ini sendiri terinspirasi dari lagunya Taxi Band dengan judul yg sama :)

      Hapus
  2. memang sungguh kampret ketika orang yg sudah lama pergi tiba2 datang dan bilang rindu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan yg pasti watados bgt orang orang kaya gitu tuh

      Hapus

Posting Komentar

Mari berkomentar, mari berkawan! Ketahuilah, komentarmu sangat berarti. Terima kasih :))))

Postingan populer dari blog ini

Manis Pait Tukang Jarkom

Pernah denger istilah “Jarkom”? Pastilah ya pasti banget. Ini istilah paling fenomenal di kalangan anak SMA khususnya sih Mahasiswa. Gue sendiri pertama denger istilah ini pas jaman-jaman ospek kuliah, banyak benget yang ngomong “kalo ada info apa-apa jarkom ya” awalnya gue bingung sih apaan itu jarkom, tapi setelah gue nyari info ternyata jarkom ini sebenernya kata lain dari istilahnya anak alay “send all” yang lebih kekinian. Gitu. Sadar gak sadar istilah ini seolah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan keseharian mahasiswa khususnya. Gue yakin banyak mahasiswa yang hampir tiap harinya keluar istilah ini dari mulut mereka, yaa apalagi mereka para aktivis kampus. Bener gak? Kata orang pinter sih (baca:Google) jarkom itu kependekan dari “jaringan komunikasi” dimana satu orang dalam organisasi harus menyampaikan informasi dengan cara menyebarkannya melalui media elektronik ke semua anggota di organisasi tersebut. Biasanya sih orang humas yang jadi tukang jarkom. Namanya humas k

Naskah Berita, Liputan Objek Wisata Situ Lengkong Panjalu

Sumber gambar: Google Objek wisata Situ Lengkong Panjalu merupakan perpaduan objek wisata alam, budaya dan ziarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Situ Lengkong Panjalu merupakan sebuah danau dengan luas 57,95 hektar dan kedalaman air sekitar 4 sampai 6 meter. Dengan menumpuh jarak 32 km dari Kota Ciamis kita sudah bisa sampai di tempat wisata ini.  Untuk masuk ke tempat wisata ini kita cukup merogoh kocek sebesar Rp. 3000/orang. Di tengah danau Situ Lengkong terdapat pulau yang disebut dengan Nusa Gede yang menjadi tujuan ziarah wisatawan. Nusa Gede pada awalnya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu dan kini di dalamnya terdapat makam Hariang Kencana yang merupakan anak dari Prabu Sanghyang Borosngora yang merupakan Raja Islam pertama di Kerjaan Panjalu. Masyarakat Panjalu sendiri menyebut Hariang Kencana sebagai Syekh Panjalu. Menurut cerita dari mulut ke mulut masyarakat sekitar bahwa air yang terdapat di danau Situ Panjalu merupakan tetesan ai

[CERPEN] Januari

Januari Oleh: Shela Gumilang Hari itu adalah hari ke empat di bulan Januari saat tanpa sengaja kita dipertemukan kembali di alun-alun kota setelah beberapa bulan tak bersua. Saat itu ku pikir rasaku padamu tak lagi sama seperti dulu, ku kira aku sudah mati rasa padamu, namun nyatanya setelah melihat senyummu itu hari-hariku seperti menjadi rusak dibuatnya. Hanya karena seulas senyum, aku dibuat menggila karenanya. Tapi apa kau tahu bahwa setelahnya juga aku merasa sakit? Sungguh tak ada yang lebih sakit ketika kita harus bertemu kembali namun seolah sebelumnya tak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Kau hanya tersenyum kepadaku, lalu aku merasa semakin tak waras karenanya dan kau pergi lagi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Aku melihatmu melangkah pergi saat itu, berjalan melewatiku tanpa sedikit pun ingin menatapku lagi sedangkan lidahku kelu tak mampu hanya sekedar untuk memanggil namamu. Hari berganti hari tapi bayangan tentang senyummu pagi itu seolah tak perna